Senin, 24 Januari 2011

Kekayaan Alam Pulau Madura


RADEN Panji Mohamad Noer, tidak saja disegani, tetapi menjadi panutan masyarakat Madura.
Sosok mantan Gubernur Jawa Timur ini adalah bagian tak terpisahkan dari detak jantung kehidupan masyarakat dan masa depan pulau garam itu. Ditambah lagi, mantan Dubes Perancis ini juga menjadi sesepuh masyarakat Madura.Sebagai salah seorang tokoh yang memiliki akses luas-dari kaum penguasa, priayi hingga orang kecil (wong cilik) - M Noer memiliki pandangan khusus tentang Madura. Pulau yang memiliki kekayaan alam, sepatutnya menjadi garapan dan perhatian bersama, baik para pengusaha asal Madura maupun investor dari luar negeri.

Namun demikian, yang terpenting adalah masyarakat Madura sendiri ikut merasakan dari hasil-hasil pembangunan tersebut. "Jadi, wong cilik biso melu gumuyu (orang kecil bisa ketawa)," ujar Mohamad Noer ketika mempresentasikan potensi Madura, awal Agustus lalu di Pendopo Kabupaten Bangkalan.

Pulau Madura yang memiliki luas 4.887 kilometer persegi atau sekitar 10 persen dari total luas Jatim, memiliki keragaman hayati, baik flora maupun fauna yang memberikan prospektif dalam menyongsong otonomi daerah.

Secara geografis Pulau Madura hanya berjarak tiga kilometer dari Ujung, Surabaya. Pulau itu memiliki panjang dari barat ke timur 160 kilometer dan lebar dari utara ke selatan 40 kilometer. Daerah Madura dapat dikelompokkan menjadi Madura Barat dengan pusatnya di Bangkalan dan Madura Timur dengan pusatnya di Sumenep. Sedangkan Kota Pamekasan dan Sampang berada di antara keduanya.

"Selain empat kabupaten tersebut, Madura juga mempunyai kawasan kepulauan sebanyak 77 buah, semuanya berada di Sumenep kecuali satu pulau berada di Sampang," ujar Pembantu Rektor I Universitas Bangkalan Madura, Dr Ir Sugiyanto MS, dalam suatu seminar medio Desember 1999.

Madura sebagai bagian dari pemerintahan Jatim sesungguhnya menyimpan potensi besar. Dari sekian banyak kekayaan alam Madura adalah fosfat dan minyak bumi. Tetapi selama ini kekayaan alam maupun sumber daya manusianya belum tergarap dengan maksimal. "Kekayaan alam Pulau Madura tersebar dari Sumenep sampai Bangkalan," tegas M Noer.

"Pihak Jepang dalam penelitiannya mengakui, fosfat dari Madura adalah yang paling baik dan cocok untuk bahan campuran pupuk. Setiap bulan dua-tiga ton fosfat sebagai campuran pupuk diekspor ke Jepang," ujar M Noer.

Menurut M Noer, kekayaan alam berupa fosfat yang tersebar di pegunungan-pegunungan Madura, sesungguhnya memberikan harapan besar kepada perbaikan sekaligus kesejahteraan penduduk miskin. "Kadar fosfat di Madura memang masih muda, namun punya harapan yang baik asal saja tidak dipalsu," ujarnya.

Potensi laut Madura juga mengandung minyak dan gas yang sangat luar biasa. Sumber-sumber minyak dan gas mulai dari pantai utara sampai ke pantai selatan. Lokasi minyak lepas pantai yang sedang produksi terletak di Pulau Pegerungan, Kabupaten Sumenep, dengan kontraktor Kodeco Lapangan Poleng. Sedangkan yang sedang dalam tahap eksplorasi berada di lokasi Sumenep (Arco Kangean), Sampang (Gulf Ketapang Madura, Santos Sampang), dan Bangkalan (Kodeco Blok Barat).

"Bagaimanapun Madura masih membutuhkan pendidikan. Jadi, alangkah baiknya kalau warga masyarakat Madura yang sukses sebagai pengusaha berinvestasi dalam bidang ini, misalnya, memberikan beasiswa kepada 100 orang Madura untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi sesuai kebutuhan Madura sendiri," ujar Hariadi, salah seorang tokoh pemuda Madura.

***

KEKAYAAN Madura tersebar di beberapa wilayah. Salah satunya Bangkalan, sebagai pintu gerbang Madura yang sangat strategis untuk membuka potensi sekaligus pembangunan di Pulau Madura. Sebagai jalur utama lalu lintas ke luar dan masuk manusia maupun barang, Bangkalan yang berpenduduk 733.778 jiwa ini menjadi berarti. Dari data yang didapat menunjukkan arus penumpang di Pelabuhan Kamal (Bangkalan) tahun 1996 mencapai 16.068.890 orang, kendaraan roda empat 1.546.057 buah, roda dua 1.629.187 buah, dan hewan 99.564 ekor.

Ini menunjukkan mobilitas manusia dari Pulau Madura cukup tinggi, sehingga pengembangan sekaligus pembangunan di Bangkalan menjadi titik sentral membuka jalur Surabaya (Ujung) dengan Pulau Madura (Kamal). Kabarnya mobilitas penyeberangan ini termasuk tinggi di dunia.

Potensi daerah Bangkalan yang dapat dikembangkan, selain potensi pertanian padi, jagung, ketela, dan kacang tanah, juga perkebunan kelapa, kapok randu, jambu mete, dan siwalan. Potensi perikanan menjadi salah satu andalan, karena nilai produksi perikanan laut mencapai Rp 18,3 milyar per tahun dan perikanan darat nilai produksinya Rp 7,3 milyar per tahun.

Potensi industri kecil mencapai nilai produksi Rp 11,6 milyar tahun 1998. Potensi pertambangan meliputi galian C (batu kapur, batu gunung, kapur, fosfat, marmer, batu bintang), dan minyak serta gas bumi dengan produksi 1.800 barrel per hari.

Produksi padi tahun 1998 mencapai 178.762,17 ton dengan luas areal panen 41.725 hektar dengan rata-rata produksi 4,28 ton per hektar per tahun. Produksi jagung mencapai 214.855,45 ton dengan luas areal panen 127.309 hektar dengan produksi rata-rata 1,69 ton per hektar per tahun. Produksi ubi kayu mencapai 42.375,37 ton dengan luas areal panen 4.795 hektar dengan rata-rata produksi 8,87 ton per hektar per tahun.

Sektor perkebunan, misalnya, produksi kelapa mencapai 3.446 ton dengan rata-rata produksi 1.347,15 kg per hektar per tahun. Peternakan sapi mencapai 180.954 ekor dengan penghasil ternak terbanyak di Kecamatan Kokop 17.847 ekor dan terendah di Kecamatan Bangkalan 2.277 ekor.

Perikanan darat meliputi tambak seluas 2.400 hektar, sawah 31 hektar, kolam lima hektar. Sedangkan produksi untuk perikanan laut mencapai Rp 18,359 milyar, perikanan umum Rp 48,680 juta, tambak Rp 7,338 milyar, dan kolam Rp 11,900 juta.

Nilai produksi perikanan laut dan darat terbesar terdapat di Kecamatan Klampis sebesar Rp 7,934 milyar. Sedangkan Kecamatan Socah mencapai Rp 3,191 milyar, Kwanyar Rp 2,758 milyar. Tanjungbumi Rp 2,525 milyar.

Potensi pertambangan, batu kapur 281 ton, tanah liat 50,585 ton, fosfat 3.540 ton, pasir tanah urug 787 ton. Batu marmer dengan luas areal 15 hektar di Kecamatan Blega dan Konang sampai sekarang ini belum berproduksi. "Kami masih harus belajar kepada Tulungagung, namun lantai pendopo ini menggunakan marmer Madura yang kualitasnya tidak jauh beda dengan marmer Tulungagung," ujar Bupati Bangkalan, Moh Fatah.

***

SEBAGAI sesepuh masyarakat Madura, M Noer tahu betul potensi kekayaan alam maupun sosial-budaya masyarakat Madura. Itu sebabnya, M Noer mengingatkan agar masyarakat Madura senantiasa memelihara serta menjaga kepercayaan yang telah diberikan pihak lain, terutama dalam persoalan bisnis.

"Gula kelapa asal Sumenep sangat dikenal dan punya pangsa pasar luas di Pulau Jawa, namun karena dicampur pasir dan rumput sekarang ini pangsa pasarnya (penjualannya-Red) menjadi tertutup. Jadi, masalah nama (kualitas) harus tetap terpelihara," ujarnya.

Selain potensi kekayaan alam berupa fosfat, Madura memiliki potensi agrobisnis berupa mete dan cabai jamu yang pangsa pasarnya sangat luas di dalam negeri maupun untuk ekspor. "Cabai jamu asal Madura ini sudah menembus pasar ekspor India dan Kanada. Namun, masih perlu dikembangkan, apalagi tanaman mete yang masih rendah. Sebaiknya bupati-bupati di Madura bersama Dinas Pertanian mengembangkannya," ujarnya.

Menyinggung pembangunan Jembatan Madura, M Noer mengatakan, pihaknya sangat berkepentingan sekaligus berharap banyak kepada pemerintah agar merealisasikan proyek tersebut. Sebab, proyek pembangunan Jembatan Madura sangat berarti untuk pengembangan Madura, terutama dalam pembangunan sektor perekonomian. "Apa artinya Rp 2,5 trilyun untuk pembangunan Jembatan Madura, dibandingkan dengan kredit Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk segolongan bank yang mencapai Rp 600 trilyun," ujarnya.

Dalam kesempatan sama, Bupati Bangkalan Moh Fatah mengatakan, presentasi potensi Madura yang meliputi kekayaan alam, sumber daya manusia serta seni dan budaya sangat berarti untuk pengembangan Madura di masa mendatang. Apalagi dua tahun mendatang sudah diterapkan otonomi daerah.

"Potensi yang bisa dikembangkan di Bangkalan ini tidak saja tambak bandeng, udang, kepiting, namun juga penggemukan sapi. Pertahun tidak kurang 200.000 ekor sapi dari Bangkalan untuk memenuhi kebutuhan rumah potong hewan di luar Madura. Jadi, siapa pun yang berminat investasi di Madura, kami persilakan," ujarnya.

Pemerintah daerah sudah merencanakan pembangunan di bidang pertokoan, sarana olahraga, transportasi maupun pasar. "Di Pelabuhan Kamal (pintu gerbang masuk Madura-Red) kami sudah merencanakan untuk membangun Madura Mal lengkap dengan rumah makan terapung, namun kami pun berharap ada investor yang menanamkan modalnya," ujarnya.

Selama ini transportasi dari Surabaya (Ujung) ke Madura (Kamal) menggunakan kapal fery dengan jarak tempuh antara 25-30 menit. Di masa mendatang, pihak Pemda Bangkalan pun memberikan peluang kepada pemilik modal untuk berinvestasi pada kapal cepat. Jika, sarana transportasi dengan kapal cepat, terealisir, jarak tempuh pun menjadi makin pendek, yakni 5-10 menit. "Silakan kalau ada yang berminat investasi kapal cepat, karena tranportasi semacam itu sangat dibutuhkan lapisan menengah-atas," ujar Moh Fatah. H Sukri, pengusaha asal Madura menyatakan kesediaannya menjadi investor di Madura, jika proyek pembangunan Jembatan Madura maupun pembangunan fasilitas bandara di atas lahan milik Liem Sioe Liong, terealisir,

Sukri yang memulai usahanya sebagai pedagang ikan asin ini mengaku sangat berminat membangun hotel maupun fasilitas pendukung lain dalam pengembangan Madura. Namun, pihak pemerintah harus pula peduli terhadap Madura. (Abdul Lathief)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar